Gejala Autis dan ADHD pada Anak yang Harus Diwaspadai Sejak Dini

Pendahuluan

Setiap orang tua pasti berharap anak tumbuh dengan normal dan sehat — berkomunikasi lancar, bersosialisasi baik, punya minat belajar, dan menyerap dunia dengan eksplorasi wajar. Namun, pada sebagian anak, ada tantangan perkembangan yang membutuhkan perhatian khusus, seperti autis (autisme / autism spectrum disorder, ASD) dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

Kenapa penting mendeteksi sejak dini? Karena semakin cepat dikenali, intervensi dan dukungan bisa diberikan lebih awal — meningkatkan kualitas hidup, membantu anak berkembang secara optimal. Artikel ini mengulas gejala autis dan ADHD pada anak, fokus pada tanda-tanda yang bisa diamati orang tua atau pengasuh, agar bisa “menangkap sinyal” sejak awal.


Apa itu Autis & ADHD (Definisi Singkat)

Sebelum ke gejala, kita perlu memahami definisi:

  • Autisme (ASD / Autism Spectrum Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan pola perilaku yang terbatas dan berulang.
  • ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, perilaku impulsif, dan/atau hiperaktif melebihi level wajar untuk umur anak.

Kedua kondisi ini berbeda, tetapi bisa tumpang tindih (komorbid). Banyak anak dengan autis juga menunjukkan gejala ADHD (gabungan perilaku inattention + hiperaktif) atau sebaliknya.


Gejala Autis yang Perlu Diwaspadai Sejak Dini

Berikut ciri-ciri (gejala) autis yang umumnya muncul pada usia anak kecil — semoga ini bisa menjadi “radar” awal bagi orang tua:

1. Gangguan Komunikasi & Interaksi Sosial

  • Tidak merespons ketika namanya dipanggil, meskipun pendengarannya normal.
  • Menghindari kontak mata, jarang menatap wajah orang lain.
  • Tidak meniru bahasa atau gerak sederhana (misalnya anak lain bisa melambaikan tangan, tapi dia tidak).
  • Sulit memulai atau meneruskan percakapan; cenderung menggunakan kata ulang (echolalia) atau bahasa yang tidak sesuai konteks.
  • Kurangnya ekspresi wajah, emosi, atau tanggapan sosial — misalnya tersenyum timbal balik, tertawa bersama jarang terjadi.
  • Kesulitan memahami isyarat nonverbal (gerak tubuh, bahasa tangan, mimik).

2. Pola Perilaku yang Berulang & Minat Terbatas

  • Melakukan gerakan berulang (self-stimulatory), misalnya mengibaskan tangan, menggerakkan tubuh, mengetuk-ngetuk benda.
  • Menunjukkan minat sangat sempit dan intens terhadap suatu objek atau topik — bisa terpaku pada detail kecil seperti roda mainan, tekstur kain, lampu yang menyala.
  • Kesulitan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain; sangat terganggu jika rutinitas berubah atau hal-hal tak sesuai harapan.
  • Sensitivitas sensorik tinggi: anak bisa sangat terganggu oleh suara keras, cahaya terang, tekstur makanan, bau, atau sentuhan tertentu.
  • Perilaku makan dan tidur yang tidak biasa — bisa terlalu selektif makanan, jam tidur kacau, atau gangguan tidur lainnya.

3. Keterlambatan / Perubahan Perkembangan

  • Keterlambatan bicara atau kemampuan bahasa dibanding anak seusianya.
  • Penurunan kemampuan bahasa atau kehilangan kemampuan yang sudah pernah dimiliki. Misalnya anak bisa bilang beberapa kata, kemudian berhenti atau mundur.
  • Keterlambatan dalam kemampuan bermain imajinatif (role-play, berpura-pura) atau bermain sosial bersama teman sebaya.
  • Masalah motorik halus atau kasar— misalnya koordinasi tangan-mata, berjalan, melompat, atau gerakan tubuh tak terkoordinasi.

Gejala ADHD yang Harus Diwaspadai Sejak Dini

ADHD bisa muncul sejak usia pra-sekolah, meskipun lebih jelas terlihat ketika anak menghadapi struktur sekolah. Berikut gejalanya:

1. Kesulitan Memusatkan Perhatian (Inattention)

  • Sulit fokus dalam melakukan tugas atau aktivitas yang butuh konsentrasi (PR, mendengarkan cerita).
  • Sering terlihat “melamun”, perhatian mudah teralihkan oleh hal-hal sekitar.
  • Tidak memperhatikan detail, ceroboh dalam mengerjakan tugas, sering membuat kesalahan karena kurang teliti.
  • Sulit menyelesaikan tugas sampai selesai — sering berhenti di tengah jalan atau berpindah ke aktivitas lain.
  • Sering kehilangan barang-barang, lupa di mana meletakkan benda penting (pensil, buku, mainan).
  • Menghindari atau enggan melakukan aktivitas yang membutuhkan upaya mental atau konsentrasi jangka panjang.

2. Hiperaktif & Impulsif

  • Aktivitas fisik berlebihan: tidak bisa diam, sering bergerak, gelisah, berdiri-gerak padahal seharusnya duduk tenang.
  • Berlari atau memanjat di waktu/tempat yang tidak tepat (misalnya di kelas, saat harus tenang).
  • Kesulitan menunggu giliran dalam permainan atau interaksi sosial.
  • Suka menyela pembicaraan orang lain, berbicara di luar giliran, merespon terburu-buru tanpa menyelesaikan pertanyaan dengan penuh.
  • Bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu (tanpa mempertimbangkan konsekuensi).
  • Sulit mengatur aktivitas, rencana, atau rutinitas sehari-hari (termasuk pengaturan waktu, prioritas tugas).

3. Gejala Emosional & Sosial

  • Cepat frustrasi, mudah marah, kesulitan mengendalikan emosi.
  • Perubahan suasana hati yang cepat.
  • Sulit membangun hubungan sosial dengan teman sebaya karena impulsif atau terlalu aktif.

Tabel Ringkasan: Autis vs ADHD (Gejala Khas)

AspekGejala AutisGejala ADHD
Komunikasi / SosialSulit interaksi, kontak mata kurang, percaya bahasa nonverbalBisa komunikasi normal, tapi sering terganggu perhatian
Pola PerilakuPerilaku berulang, minat sempit, sensitivitas sensorikLebih fleksibel, tidak terlalu ritualistik
Fokus & PerhatianBisa fokus intens pada hal spesifik, tapi sulit beralihSulit mempertahankan perhatian, mudah teralihkan
Aktivitas / MotorikTidak selalu hiperaktif; kadang tampak tenang atau diamSangat aktif, gelisah, sulit diam
ImpulsivitasUmumnya tidak impulsif secara ekstremSuka menyela, bertindak tanpa berpikir
Emosi / RegulasiBisa reaktif sensorik, kesulitan toleransi terhadap perubahanFrustrasi tinggi, kesulitan kontrol emosi

Tips & Langkah Awal Jika Mencurigai Gejala

  1. Catat & Dokumentasi
    Buat catatan harian tentang perilaku, pola tidur, makan, interaksi, dan perkembangan bahasa anak. Dengan data, diskusi dengan profesional akan lebih mudah.
  2. Konsultasi ke Ahli Tumbuh-Kembang / Psikolog Anak / Psikiater Anak
    Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan sendiri — diagnosa harus melalui evaluasi klinis menyeluruh.
  3. Deteksi Dini + Intervensi Tepat
    Intervensi lebih awal (terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, program kemandirian) cenderung lebih efektif.
  4. Lingkungan yang Mendukung
    Di rumah dan sekolah, adaptasi kecil bisa membantu: rutinitas jelas, pengaturan sensorik (suara, cahaya, tekstur), waktu istirahat, penguatan positif, struktur visual.
  5. Kolaborasi Orang Tua & Guru
    Pastikan guru atau pengasuh tahu kondisi anak (jika sudah terkonfirmasi) agar mereka memfasilitasi kebutuhan khusus, menghindari frustrasi anak dan lingkungan.

Dapatkan Dukungan Profesional untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Mengenali gejala autis dan ADHD sejak dini hanyalah langkah pertama. Yang lebih penting adalah memberikan pendampingan dan intervensi yang tepat, sesuai kebutuhan unik setiap anak.

Di ASC Course, kami memahami bahwa setiap anak memiliki cara belajar dan berkembang yang berbeda. Melalui program khusus untuk anak berkebutuhan khusus — termasuk anak dengan autisme, ADHD, slow learner, dan gangguan sensori — tim kami membantu orang tua melakukan asesmen, perencanaan program belajar, dan pendampingan intensif di rumah maupun di sekolah.

Jika Anda ingin berkonsultasi atau mencari guru pendamping yang berpengalaman, ASC Course siap membantu Anda menemukan solusi terbaik untuk anak Anda.

👉 Hubungi ASC Course untuk informasi lebih lanjut tentang program penanganan dan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *